Begini Sinopsis Aruna & Lidahnya, Kisah Cinta dan Persahabatan

[ciptarumah]

BAGI Aruna (Dian Sastrowardoyo) serta Bono (Nicholas Saputra), masak serta makan ialah dua perihal yang menyenangkan. Profesi Bono menjadi chef membuat ia mesti selalu punyai urusan dengan makanan. Selain itu, Aruna ialah pencinta kuliner. Pertemanan Aruna serta Bono ialah bentuk dari kecintaan pada kegiatan makan yang menyenangkan.
Baca juga :*contoh teks prosedur

Peluang untuk menelusuri kuliner nusantara ada waktu Aruna mesti lakukan investigasi wabah flu burung di beberapa daerah. Menjadi pakar wabah, Aruna disuruh bosnya, Pak Burhan (Desta) serta Mbak Priya (Ayu Azhari) untuk mencari tahu dari tempat mana wabah flu burung berawal.
Rute perjalanan Aruna akan melalui Surabaya, Madura, Pontianak, serta Singkawang. Tentunya, Bono lalu semangat untuk turut sebab ia ingin berwisata kuliner.

Artikel Terkait :*unsur novel

Sampai di Surabaya, Aruna tidak menduga ia berjumpa Farish (Oka Pada), pria yang sempat ia taksir. Tidak hanya Farish, masuk ikut Nadezhda atau Nad (Hannah Al Rashid), wanita yang tengah ditaksir Bono.

Farish yang disebut dokter hewan disuruh kantornya untuk mengikuti Aruna lakukan investigasi, sedang Nad, penulis kuliner dibawa Bono untuk masuk.

Awalnya, perjalanan mereka berjalan menyenangkan. Walau Aruna sebal Farish yang kaku itu turut, ia bersukur sebab ada Bono serta Nad yang satu frekwensi dengan ia, yakni senang makan.

Saat investigasi, Aruna serta Farish seringkali ikut serta perang mulut tidak berakhir. Mereka berdua saling keras kepala. Ditambah lagi Aruna mulai temukan keganjilan waktu pendapat flu burung tidak dapat dibuktikan.

Dari Surabaya serta Madura, perjalanan berlanjut ke arah Pontianak. Di sini, Aruna lebih meyakini, ada suatu yang tidak beres dengan rumor wabah flu burung. Akan tetapi, Farish mematahkan prasangka itu. Farish masih meyakini, ada wabah di kota itu.

Waktu mereka berubah ke Singkawang, perseteruan pada Aruna serta Farish makin tajam. Selain itu, Bono serta Nad mulai berjarak.

Puncaknya waktu Mbak Priya tidak diduga hadir ke Singkawang. Semua rahasia juga tersingkap. Aruna kabur ke Pontianak sendirian. Ia ingin mencari resep nasi goreng yang biasa dibuatkan Si Mbok di dalam rumah ibunya. Aruna meyakini, Si Mbok yang disebut transmigran di Pontianak memperoleh resep enak nasi goreng di kota itu.

Sesudah Aruna pergi, di Singkawang, Bono serta Farish juga ribut. Bono geram sebab menduga Farish sudah menyakiti Aruna. Bono harus juga berterus jelas pada Nad mengenai isi hatinya. Ia ingin Nad terasa mempunyai ”rumah” saat mesti pulang dari penjelajahan menghimpun materi tulisan kulinernya.

Bagaimana akhir cerita empat ciri-ciri ini? Akankah Aruna sukses kembali pada waktu kecilnya dengan temukan nasi goreng seperti bikinan Si Mbok? Bagaimana hubung*an Aruna serta Farish, dan Bono serta Nad?



Komedi tiada komika
DIADAPTASI dari novel karya Laksmi Pamuntjak, film ”Aruna & Lidahnya” merupakan produksi baru Palari Films. Tahun kemarin, rumah produksi ini sukses melahirkan ”Posesif”, drama cinta remaja yang membawa pulang tiga Piala Citra pada Festival Film Indonesia.

Mulai tampil Kamis, 27 September 2018, ”Aruna & Lidahnya” menjadi rintangan baru untuk sutradara Edwin yang diketahui sering membesut film-film kelam. Film ”Posesif” adalah salah satunya karya Edwin yang mendatangkan bagian gelap cinta remaja.

Di ”Aruna & Lidahnya”, Edwin bermain dengan bagian humor yang kental melalui skenario yang ditulis Titien Wattimena. Warna-warni cerah yang membungkus tone film membuat film ini tampil beda dari tangan Edwin.
Edwin sukses menyuguhkan Dian Sastro serta Nicholas Saputra yang sukses keluar dari citra Cinta serta Rangga di ”Ada Apakah Dengan Cinta?” (2002) serta ”Ada Apakah Dengan Cinta? 2” (2016).

Pertemanan Aruna serta Bono ialah sisi menyenangkan di film ini. Celetukan serta ledekan yang begitu alami membuat film ini kadang-kadang membuat pemirsa ketawa. Tidak terlalu berlebih, tapi penempatannya cocok serta jadi bumbu yang membuat film berdurasi 106 menit ini cukuplah lezat.

Film ini menunjukkan, unsur komedi dapat ada tak perlu menggunakan pelawak atau komika pelawak tunggal.

Hal-hal lain yang membuat menarik untuk dibaca ialah menu beberapa makanan yang menghiasi adegan. Ditanggung, Anda akan menelan air liur waktu lihat iga rawon atau sop buntut diberikan dengan kuah hangat. Janganlah terlewat kesenangan mi kepiting yang dicicipi Aruna dkk waktu singgah di Pontianak. Lihatlah gemuknya daging kepiting di cangkang yang dikonsumsi bersama dengan mi penuh bumbu.

Anda bahkan juga akan dengan begitu gampang memikirkan semangkuk soto lamongan nan nikmat waktu Aruna berjumpa salah seseorang pasien tersangka flu burung. Pasien itu bercerita dengan detil semua bahan serta bumbu yang ada pada soto lamongan bikinan mendiang istrinya.
Gambaran mengenai kelezatan soto lamongan diwujudkan waktu Aruna, Bono, serta Nad memakan soto lamongan di satu kedai.

Pada pemutaran perdana di Paskal 23, Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Bandung, Jumat, 21 September 2018 lantas, Edwin menyampaikan, sesudah ”Posesif”, ia memang ingin mengerjakan film lainnya yang berlainan dari apakah yang telah ditangani. Satu hari, Edwin temukan novel Aruna & Lidahnya di mejanya. Ia coba membaca, sampai temukan jika narasi novel itu benar-benar beri kesegaran.

”Kisahnya ada mengenai pertemanan, naksir-naksir sebal dengan lawan type, serta makanan. Untuk saya ini manis serta saya tidak pernah membuat film yang semacam ini,” kata Edwin sebagai Sutradara Terunggul pada FFI 2017.

Tidak hanya skenario serta sinematografi yang bagus, film ini pula di dukung soundtrack yang menyenangkan serta menghidupkan nostalgia. Sebutlah saja ”Aku Ini Miliki Siapa” dari January Christy serta ”Antara Kita” yang dahulu dipopulerkan Rida Sita Dewi, kesempatan ini ada melalui nada Monita Tahalea. Tidak tertinggal nomer ”Takkan Apa” milik Yura yang termuat di album ”Merakit”.