BI Klaim Transaksi Elektronik di Gerbang Tol Bisa Kendalikan Inflasi

[je_tek]

Gerbang tol e-money (Foto: Bank Mandiri)

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan beberapa alasan elektronifikasi pembayaran di gerbang tol wajib dilakukan. Selain untuk mengurangi kemacetan, bank sentral mengklaim transaksi non tunai yang akan berlaku di seluruh gerbang tol pada akhir bulan ini juga untuk menekan inflasi.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Pungky Purnomo Wibowo, mengatakan dengan uang elektronik pengguna ataupun penyedia tak lagi bersusah payah mencari uang pecahan kecil. Hal ini akan berdampak pada terkendalinya inflasi.
"Jadi kembalian tidak akan susah. Mencari receh pun yang membuat tidak efisien menjadi efisien. Bahkan nanti kedepannya tarif tol tidak akan naik drastis, bisa dengan kelipatan kecil. Sebut saja Rp 9.514 misalnya, jadi inflasi terkendali dan masyarakat tidak dirugikan," kata Pungky, Selasa (10/10).

Adapun, mengenai fee atau biaya dalam isi ulang, Pungky mengatakan hal ini diatur agar bank tidak seenaknya dalam membebankan kepada nasabahnya. Sebab, ada aturan batas atas tarif isi ulang yang ditetapkan Bank Indonesia.
"Kalau kami lihat, BI kan pro dengan masyarakat, makanya biar bank tidak bebankan secara tidak benar dan harga tinggi, kami atur fee-nya. Antara Rp 0 sampai Rp 750 per transaksi untuk isi ulang di atas Rp 200 ribu. Jadi bank bisa bersaing secara sehat, tidak ada monopoli," katanya.
Pungky mengatakan Bank Indonesia akan selalu menerima seluruh masukan dari masyarakat terkait kebijakan elektronifikasi pembayaran.
"Sinergi akan terus dilakukan baik darat, laut dan udara. Kami akan ajak kumpul seluruh stakeholders dan upayakan semua pihak bisa mendukung program BI," ujarnya.