forumku.com logo Forumku Borobudur Budaya Indonesia
forumku  

Go Back   forumku > >
Register Register
Notices

Forumku Middle East Timur Tengah Main Forum Description

Post New Thread  Reply
 
Thread Tools Search this Thread Display Modes
Old 1st March 2018, 01:05 PM   #1
KaDes Forumku
 
Join Date: 20 Jan 2018
Userid: 6851
Posts: 671
Likes: 0
Liked 4 Times in 4 Posts
Default Sikap Keras Turki Terhadap Amerika dan Jerman Permudah Pencapaian Tujuannya

Dialog baru antara Turki dengan AS dan Jerman merupakan terobosan mengejutkan yang menunjukkan bahwa Ankara memanfaatkan posisi internasionalnya yang sangat penting, dan mengharapkan kesepakatan lebih lanjut. AS ingin Turki tetap berada di dalam kerangka NATO dan tidak beralih ke kemitraan alternatif dengan Rusia

Oleh: David Barchard (Middle East Eye)

Dalam urusan internasional, sangat jarang sebuah negara mencapai dua terobosan besar dalam satu hari. Tapi, jika segala sesuatunya berjalan dengan baik (yang sangat tidak pasti), itulah yang dicapai Ankara pada tanggal 15 Februari, dalam memperbaiki hubungan yang sebelumnya bermasalah dengan Jerman dan Amerika Serikat (AS), dua sekutu Barat utamanya. Selama beberapa bulan terakhir, Turki telah menghadapi masalah akut—meski tidak berkaitan—dengan kedua negara tersebut.

KETEGANGAN MEREDA
Pada satu pertemuan puncak di Berlin, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim dan Kanselir Jerman Angela Merkel, mengumumkan bahwa sebuah periode baru mungkin akan dibuka untuk kedua negara itu.

Untuk mengkonfirmasi hal ini, keesokan harinya, Turki mengumumkan bahwa pihaknya telah membebaskan Deniz Yucel, koresponden Turki dari media terkemuka Jerman, Die Welt, yang telah ditahan atas tuduhan pengintaian selama setahun terakhir, dan mendeportasinya—meskipun dia memiliki kewarganegaraan ganda Turki-Jerman.

Tidak ada penjelasan yang diberikan untuk pembebasan Yucel, tapi ini berarti bahwa berita yang berkembang di Jerman tentang penahanannya telah berakhir. Perundingan antara Yildirim dan Merkel merupakan puncak dari serangkaian pertemuan rahasia tingkat tinggi antara kedua pemerintah, yang menyusun semacam kesepakatan, meskipun sebelumnya, pemerintah Turki memperingatkan bahwa pengadilan Turki berada di luar politik.

Hampir bersamaan, beberapa jam setelah KTT Berlin, hubungan Turki dengan AS mengalami perubahan yang tak terduga selama pertemuan tiga setengah jam di ibu kota Turki, Ankara, antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.

Turki dan AS—yang dulunya adalah sekutu dekat NATO dalam Perang Dingin—memulai pertemuan mereka dengan berselisih mengenai berbagai isu. Terdapat beberapa hal, tapi yang paling mendesak adalah potensi bentrokan antara angkatan bersenjata Turki yang terlibat dalam penyerangan terhadap militan YPG Kurdi Suriah di provinsi Afrin, dengan personel militer AS di Manbij—sebuah kota yang berjarak 60 mil timur—di mana AS melihat YPG sebagai sekutu dalam melawan ISIS.

Tillerson pergi ke pertemuan tersebut tanpa ajudan atau penerjemah dari Departemen Luar Negeri, yang membuat Mevlut Cavusoglu—Menteri Luar Negeri Turki—melakukan semua terjemahan untuknya, sebuah jeda total dari praktik diplomatik yang normal.

Mengomentari langkah tersebut baru-baru ini, seorang pensiunan mantan juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan kepada CNN bahwa itu “sangat ceroboh”, karena AS tidak memiliki cara untuk menantang perselisihan yang mungkin timbul di kemudian hari, mengenai janji-janji apa yang telah dibuat.

Namun, Erdogan dan Tillerson keluar dari pertemuan tersebut dengan ketegangan yang menghilang. Mereka menegaskan kembali keharusan AS dan Turki untuk bekerja sama, dan berjanji untuk menyiapkan mekanisme untuk melanjutkan dialog mereka—meskipun belum ada indikasi tentang apa maksudnya ini. Diskusi lebih lanjut, kali ini agak jauh lebih rinci, dijanjikan pada pertengahan Maret.

DAFTAR PANJANG
Meski begitu, hampir tidak mungkin untuk melihat apa yang akan menjadi kesepakatan terbaik di Suriah, yang memuaskan bagi Turki dan AS. Kemungkinan yang paling jelas adalah, bahwa AS entah bagaimana akan membujuk sekutu Kurdi Suriah untuk menarik diri ke tepi timur sungai Efrat.

Tapi apakah mereka setuju untuk melakukan itu? Bahkan jika mereka melakukannya, apakah langkah ini cukup memadai untuk Turki, yang menganggap wilayah Kurdi Suriah otonom sebagai ancaman yang nyata dan tidak dapat diterima terhadap integritas masa depan dan teritorial Turki?

Ini karena sejumlah tumpang tindih antara YPG dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK)—gerakan Kurdi yang secara internasional dikecam sebagai teroris, yang telah diperangi oleh Turki di provinsi tenggaranya sejak tahun 1984.

Selain itu, ada agenda yang cukup panjang terkait masalah lain yang harus diselesaikan antara Turki dan AS, sebelum hubungannya dapat dinormalisasi. Ini termasuk nasib tiga pegawai negeri Departemen Luar Negeri yang diadili di Turki, sebuah hukuman penjara yang panjang terhadap insinyur NASA yang merupakan seorang Turki-Amerika, dan penahanan seorang pendeta Protestan Amerika.

Yang terpenting, adalah mengenai masa depan Fethullah Gulen, ulama sufi yang diasingkan, yang diyakini oleh Presiden Erdogan—dan kebanyakan masyarakat Turki—berada di balik upaya kudeta yang gagal pada Juli 2016, namun Amerika menolak untuk mengambil tindakan melawannya.

Sampai setidaknya beberapa tahanan AS di Turki dibebaskan, sulit untuk membayangkan pemulihan skala penuh dalam hubungan bilateral kedua negara.

Pertanyaan terbesar adalah, apakah YPG Kurdi Suriah dan AS akan tetap menjadi sekutu dekat. Tapi itu hanya akan terjadi selama YPG tetap memiliki hubungan yang buruk dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang masih ingin digulingkan oleh AS.

Desas-desus bahwa pasukan Assad mulai membantu YPG di Afrin untuk melawan Turki, tampaknya benar-benar terjadi—di mana Turki melancarkan serangan terhadap milisi pro-Assad yang memasuki Afrin pada Selasa (20/2). Untuk mencegah kesepakatan semacam itu, beberapa pengamat di Turki percaya bahwa waktu telah tiba bagi Ankara untuk mencapai kesepakatan dengan Assad untuk menghalangi ini, namun Presiden Erdogan tampaknya memutuskan untuk tidak mengambil jalan tersebut.

Dari sudut pandang Jerman dan AS, perundingan minggu lalu tetap menunjukkan bahwa pemerintahan Erdogan mengakui adanya kebutuhan untuk menghindari pelanggaran dalam hubungannya dengan kedua negara tersebut.

TAKTIK KERAS
Mengingat kepentingan komersial dan strategisnya, sulit untuk melihat bagaimana Turki bisa melakukan yang sebaliknya. Namun tanggapan dari kedua negara Barat tersebut menunjukkan bahwa taktik keras Turki saat ini, pada umumnya, akan memungkinkannya untuk mempermudah jalannya, yang kontras dengan dekade di mana Turki memiliki sedikit atau tidak ada sama sekali, kekuatan tawar menawar internasional.

AS ingin Turki tetap berada di dalam kerangka NATO dan tidak beralih ke kemitraan alternatif dengan Rusia. Jerman—mungkin dengan memperhatikan potensi kerusuhan di antara penduduk imigran Turki sendiri—mungkin akan menangkis kritik keras Turki di Uni Eropa.

Mungkin Jerman akan membantu memastikan bahwa Turki mendapat kesepakatan perdagangan yang lebih baik dengan Uni Eropa pada KTT Turki-Uni Eropa yang akan diadakan pada akhir bulan Maret, meskipun Turki mungkin tidak mendapatkan perjalanan bebas visa di Uni Eropa, yang saat ini juga sedang dituntut oleh Ankara.

Ini menciptakan asumsi bahwa perselisihan tidak akan menyala lagi, atau munculnya sengketa jangka pendek yang baru. Yang tidak menyenangkan bagi Washington, adalah yang dinyatakan oleh Presiden Erdogan pada Senin (19/2), bahwa “Melaksanakan negosiasi sangatlah berharga, tapi kami sangat tertarik pada hasil. Minat utama kami adalah dalam menerapkan kesepakatan dan perkembangan di lapangan… yang perlu memperbaiki kesalahan mereka dan untuk menahan diri mereka, adalah rekan kami, AS.”

Tekanan Ankara terhadap AS tetap ada, dan jika Tillerson ingin menghidupkan kembali hubungan, dia harus menghasilkan lebih banyak kesepakatan.

David Barchard telah bekerja di Turki sebagai jurnalis, konsultan, dan pengajar universitas. Dia menulis secara rutin tentang masyarakat, politik, dan sejarah Turki, dan saat ini sedang menyelesaikan sebuah buku tentang Kekaisaran Ottoman di abad ke-19.

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Mata Mata Politik

Sumber : Sikap Keras Turki Terhadap Amerika dan Jerman Permudah Pencapaian Tujuannya
Itsaboutsoul is offline   Reply With Quote
Sponsored Links
Post New Thread  Reply

Bookmarks

Tags
turki



Similar Threads
Thread Thread Starter Forum Replies Last Post
Konflik Suriah: Mampukah Amerika Membujuk Turki? Itsaboutsoul Forumku Middle East Timur Tengah 0 1st March 2018 11:44 AM
Bonucci : Treble? Tujuannya Adalah Untuk Menang sundulmen Forumku the Lounge 0 29th February 2016 12:05 PM
MMM Kembali Marak, Polisi Harusnya Berani Ambil Sikap sucyresky Business and Economy! 0 17th September 2015 07:27 AM
Resolusi Forumku.com 2014 | Target Pencapaian admin Forumku the Lounge 23 19th January 2015 02:57 PM
Pertamina Permudah Nelayan Membeli Solar agusjember Business and Economy! 0 11th November 2014 11:44 PM


Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests)
 
Thread Tools Search this Thread
Search this Thread:

Advanced Search
Display Modes

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off

Forum Jump


All times are GMT +7. The time now is 12:50 AM.


forumku.com is supported by and in collaboration with

forumku.com kerja sama promosi kiossticker.com 5 December 2012 - 4 Maret 2013 Web Hosting Indonesia forumku.com kerja sama promosi my-adliya.com forumku.com kerja sama promosi situsku.com

Promosi Forumku :

CakeDefi Learn to Earn

Positive Collaboration :

positive collaboration: yukitabaca.com positive collaboration: smartstore.com positive collaboration: lc-graziani.net positive collaboration: Info Blog

Media Partners and Coverages :

media partner and coverage: kompasiana.com media partner and coverage: wikipedia.org media partner and coverage: youtube.com

forumku.com
A Positive Indonesia(n) Community
Merajut Potensi untuk Satu Indonesia
Synergizing Potentials for Nation Building

Powered by vBulletin® Version 3.8.7
Copyright ©2000 - 2024, vBulletin Solutions, Inc.
Search Engine Optimisation provided by DragonByte SEO v2.0.37 (Lite) - vBulletin Mods & Addons Copyright © 2024 DragonByte Technologies Ltd.
Google Find us on Google+

server and hosting funded by:
forumku.com kerja sama webhosting dan server
no new posts