Tekanan Dolar AS Mereda, Rupiah Bergerak Flat

[alnpr]

Spoiler

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum dapat beranjak dari kisaran Rp10.200-Rp10.300 per USD. Meski demikian, hari ini tekanan dolar AS terhadap Rupiah sedikit mereda.

Bank Indonesia (BI) mencatat, kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berada di median Rp10.270 dengan pergerakan harian di kisaran Rp10.219-Rp10.321 per USD. Sementara Bloomberg mencatat, rupiah ada di level Rp10.275 per USD, dengan pergerakan harian di kisaran Rp10.255-Rp10.301 per USD.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengungkapkan ada beberapa sentimen yang membuat Rupiah belum mampu menguat terhadap dolar AS. Seperti angka inflasi Juli yang ditaksir melewati proyeksi BI sebesar 2,34 persen atau 7,61 persen secara year-on-year (yoy) karena naiknya harga bahan makanan yang di atas perkiraan di awal Juli lalu.

"Proyeksi inflasi Juli di atas dua persen, merupakan inflasi Juli tertinggi yang pernah terjadi," kata dia dalam risetnya di Jakarta, Senin (29/7/2013).

Menurut dia, relatif tingginya inflasi ini karena naiknya harga bahan makanan seperti daging sapi, cabai rawit, dan bawang merah yang sangat tinggi dan second round effect dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 21 Juni lalu yang bersamaan dengan tahun ajaran baru, persiapan puasa, dan hari raya Idul Fitri.

Di sisi lain, dia menilai laju dolar terhambat pemerintah Amerika Serikat (AS) yang akan meminta kenaikan batas utang setelah masa reses Agustus mendatang. Saat ini, utang pemerintah AS ditaksir mencapai USD16,7 triliun.

"Treasury Secretary (Menteri Keuangan AS) Jacob J. Lew memberikan pernyataan ini dan mengingatkan dampak dari melambatnya pemulihan ekonomi akibat pemangkasan defisit anggaran (sequestration)," tukas dia.

Sumber: http://bit.ly/13oJJDO